Makna Hari Kartini dalam Pandangan Psikologi: Perempuan Harus Berani Melawan Ketidakadilan
JEMBER, MEDICEN FADA – Bangsa Indonesia setiap tahunnya memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan RA Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama di bidang pendidikan dan kesetaraan. Dalam perspektif psikologi, perjuangan Kartini di era sekarang bisa dimaknai sebagai simbol kesetaraan.
Hal itu ditegaskan Koordinator Prodi Psikologi Islam Fakultas Dakwah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Arrumaisha Fitri kepada jurnalis Medicen FADA, Senin (21/04). “Perempuan saat ini memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan,” jelasnya.
Saat ini, lanjut Arum, tantangan yang dihadapi prempuan diantaranya adalah meningkatnya kasus pelecehan seksual. Bahkan, pelakunya banyak dari kalangan orang terpelajar seperti guru, dosen dan dokter. Dari sudut pandang psikologi, pelecehan seksual tidak semata-mata dipicu oleh dorongan hasrat, melainkan berkaitan erat dengan relasi kuasa. “Biasanya, pelaku memiliki posisi kuasa yang lebih tinggi daripada korban,” ungkapnya.
Dalam menghadapi situasi tersebut, perempuan perlu meneladani sosok Kartini yang berani menyuarakan pemikirannya. Meskipun pada masa itu sangat jarang perempuan yang berani bersuara. Namun, Kartini sangat gigih dan tidak pernah putus asa memperjuangkan hak-hak kaumnya.
Arruma menekankan pentingnya keberanian bagi korban pelecehan seksual untuk mengungkapkan apa yang terjadi, meski prosesnya bisa menimbulkan trauma. Ia juga mengkritik respons lingkungan yang kerap meremehkan pengalaman korban.
“Lingkungan sekitar, baik laki-laki maupun perempuan, sering menganggap remeh trauma tersebut. Padahal, sekecil apapun bentuk pelecehannya bisa meninggalkan dampak psikologis yang besar,” paparnya.
Arruma mengajak kaum Perempuan Indonesia untuk lebih berani menjadi diri sendiri, mengejar pendidikan setinggi mungkin, dan mengambil keputusan hidup dari diri sendiri. “Kartini sangat peduli terhadap pendidikan. Maka dari itu, perempuan masa kini harus terus mengembangkan dirinya dan mengejar mimpinya setinggi mungkin,” pesannya.
Hari Kartini bukan hanya soal sejarah, tapi juga refleksi tentang bagaimana perempuan masa kini bisa lebih berdaya secara mental, emosional, dan sosial. Mari kita jadikan semangat Kartini sebagai panutan kaum Wanita sepanjang masa. (*)
Penulis: Niswa Ghina Sachiya
Fotografer: Niswa Ghina Sachiya
Editor: Abdul Choliq, Firdaus Dwi, Nuzul Ahadiyanto




